Iklim demokrasi di kampus ini
sungguh-sungguh cacat dan tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Para pengambil kebijakan tidak pernah sama sekali
melakukan hal-hal yang menjadi keinginan mahasiswa.
Segala kebijakan haruslah sesuai dengan kemauan mereka. Lantas, apa bedanya
sistem kampus kita dengan sistem yang digunakan oleh Hitler dan Suharto...?
Pemimpin
atau rektor kita hari ini bukanlah seorang yang paham organisasi. Begitupun
dengan Pembantu Rektor
III-nya. Pandai beretorika, tapi nihil
realisasi. Jadi, jangan heran jika keorganisasian dikampus ini begitu malang
memilukan karena banyaknya intervensi dari kebodohan mereka.
Coba
lihat! terkait apa yang telah diperjuangkan oleh mahasiswa mengenai aturan
keorganisasian. Calon pemimpin organisasi kemahasiswaan dikampus ini dibatasi
dengan semester dan tujuannya tidak lain adalah agar mudah disetir dan
diintervensi.
Kebijakan rektor adalah upaya membunuh kreativitas
dan daya kritis mahasiswa.
Kita tidak pernah lagi diberi kesempatan
untuk memilih, mempertimbangkan, dan memberikan masukan pada kebijakan yang
dikeluarkan sebagai manifestasi manusia yang berpikir merdeka.
Selain
itu, tidak hanya pihak lembaga yang menjadi problem kita hari ini.
Para pengurus BEM UNG pun
demikian. Coba perhatikan!. Tiap tahun BEM berganti, namun seperti mengulang
kesalahan yang sama. BEM lagi-lagi hanyalah menjadi tempat mencari
kehidupan bagi para pengurusnya. Pengurus BEM
pun tidak ada yang becus.
BEM hanyalah kumpulan orangorang dengan kemandulan intelektual yang
mengidapnya. Gerakan-gerakan
kemahasiswaannya
pun begitu tumpul dan amburadul.
Katanya
“suara
mahasiswa suara rakyat”. Tapi, kok mahasiswa pernah ricuh dan
bentrok dengan warga (masyarakat)..?
Saudara-saudara!
Pesta
demokrasi di kampus kita sedang dimulai. Pergolakan politik kepentingan inipun
akan mencapai klimaksnya pada tanggal 16 Januari 2014, nanti. Masing-masing tim sukses tiap fakultas sudah
dan sedang melakukan lobi-lobi politiknya. Karenanya, mari kita lihat
dan kontrol bersama. Apakah Presiden BEM dan Sekjennya yang akan terpilih nanti
adalah benar-benar manifestasi dari cermininan pemimpin mahasiswa yang ideal.
Salah
satu yang menjadi kampenye Komisi Pemilihan Umum (KPU) ditingkat lokal dan
nasional dalam pemilihan pada beberapa bulan mendatang yaiut: ketahui masa
lalunya.
Apa
yang sudah diperbuatnya...?
Seberapa
besar pencapaiannya...?
Begitupun
dari sudut pandang keagamaan dan nilai-nilai sosial (bagi orangorang yang beragama dan merasa
manusia), apakah pemimpin yang akan kita pilih nanti, baik akhlaknya atau
banyak maksiatnya (pengkonsumsi alkohol/memiliki pacar/pencuri uang mahasiswa,dll)...?
Saudara-saudara!
Sistem
politik hari ini adalah sistem politik yang demokrasi. Kita bukanlah robot. Sehingganya, pilih an kita ditentukan oleh kita
sendiri dan bukan intervensi senior, baik dikampus maupun dipaguyuban. Jika mereka mengintervensi, berarti
mereka sama saja dengan
firaun
muda modern yang menginjak-injak hak-hak kita.
Pilihan
kita bukanlah pilihan mereka yang mimiliki kepentingan. Kita memilki
kemerdekaan untuk memilih
calon pemimpin yang menurut kita, memiliki kemampuan dalam merubah kemalangan menjadi kemenangan yang sejati.
Hidup mahasiswa !
0 coment�rios: